Sobat MI pasti udah pada tau dong kalau suku yang satu ini terkenal masih memegang teguh adat dan istiadatnya. Namun, mungkin banyak hal unik dan fakta lain yang kalian belum tau, terutama tentang perbedaan suku Baduy Dalam dan Luar. Jadi, kalau mau tau lebih banyak tentang suku Baduy, baca artikel ini sampai habis, ya!
BACA JUGA : Rambu Solo dan Tongkonan, Nilai Budaya dalam Pemakanan Masyarakat di Tana Toraja
Apa Itu Suku Baduy?
Mungkin banyak orang yang mengira kalau suku Baduy hanya terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu panamping (Baduy Luar) dan tangtu (Baduy Dalam). Namun, ternyata masih ada satu kelompok lagi yang disebut dangka. Namun, Baduy Dangka adalah masyarakat yang sudah tinggal di bagian terluar wilayah adat, yang artinya mereka tidak lagi terikat dengan peraturan adat seperti pada Baduy Dalam dan Luar. Jadi, sekarang kita simak perbedaan suku Baduy Dalam dan Luar saja, ya. Lalu apa aja sih perbedaan dan persamaan diantara keduanya?
Perbedaan Suku Baduy Dalam dan Luar
Perbedaan suku baduy dalam dan luar terletak pada pakaian adat, kebiasaan, sampai kepercayaannya. Berikut penjelasannya:
1. Pakaian Adat Suku Baduy
Perbedaan yang paling jelas terlihat adalah warna baju adat suku Baduy. Suku Baduy Dalam lebih sering memakai baju warna putih (kadang boleh hitam) yang disebut jamang sangsang. Bajunya sangat sederhana, tidak memiliki kerah dan kancing, hanya baju putih polos yang dijahit dengan tangan. Warna putih sendiri melambangkan kesucian dan kebudayaan mereka yang belum terpengaruh dengan dunia luar.
Untuk bawahannya menggunakan sarung samping aros. Uniknya, sarung ini harus dijahit satu arah untuk melambangkan satu adat istiadat dan warisan dari leluhur. Warna sarung tenun aros berwarna hitam dengan garis putih. Bahan baku pewarnanya pun masih alami, yaitu menggunakan kayu-kayuan dan rempah tertentu. Suku Baduy Dalam biasa menggunakan ikat kepala berwarna putih kecoklatan yang bernama telekung.
Berbeda dengan suku Baduy Dalam, baju adat suku Baduy Luar memakai baju kampret (baju kelelawar) berwarna serba hitam dan design-nya lebih modern. Suku Baduy Luar boleh menggunakan baju kampret hasil jahitan mesin. Bentuk bajunya hampir sama dengan jamang sangsang, hanya saja memiliki kancing. Bawahannya cukup simple, yaitu menggunakan celana pangsi atau celana longgar yang panjangnya tidak sampai mata kaki.
Modernisasi terlihat pada ikat kepala yang digunakan suku Baduy Luar yang disebut lomar. Lomar adalah ikat kepala corak batik berwarna hitam-biru tua. IKat kepala merupakan hal yang sangat krusial bagi suku Baduy. Katanya, ikat kepala Baduy Dalam dan suku Baduy Luar tidak boleh tertukar, nanti bisa kualat atau terjadi kesialan.
BACA JUGA : Keunikan Pakaian Adat Suku Baduy Dalam dan Luar, Lebih Lengkap!
2. Peraturan Suku Baduy
Perbedaan suku Baduy Dalam dan Luar juga terlihat dari peraturan adat dan kebiasaan masyarakatnya. Aturan-aturan yang ada di suku Baduy Dalam lebih ketat dibandingkan suku Baduy Luar, diantaranya seperti :
- Tidak boleh menggunakan transportasi.
- Tidak menggunakan alas kaki untuk bepergian.
- Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah ketua adat).
- Rumah ketua adat tidak boleh dikunjungi, untuk melihatnya pun harus dari jarak tertentu.
- Larangan menggunakan alat elektronik atau yang berhubungan dengan teknologi (TV, Radio, HP, dll).
- Pakaian harus dijahit sendiri menggunakan tangan.
- Mengandalkan bahan dari alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk pengobatan.
Sementara untuk suku Baduy Luar tidak memiliki perbedaan yang signifikan, walaupun sudah lebih modern, namun mereka tetap mengikuti aturan adat. Inilah aturan adat di suku Baduy Luar :
- Diperbolehkan memakai teknologi.
- Pembangunan rumah diperbolehkan menggunakan alat bantu (paku, gergaji, palu dll).
- Tidak menggunakan alas kaki untuk bepergian.
- Tidak boleh bepergian ke luar wilayah Baduy lebih dari seminggu.
- Pakaian adat suku Baduy Luar sudah boleh dijahit dengan mesin. Bahkan boleh menggunakan pakaian modern seperti kaos dan tanktop.
- Boleh menggunakan peralatan rumah tangga modern (kasur, bantal, alat makan kaca & plastik).
- Sebagian di antara mereka telah terpengaruh dan berpindah agama menjadi seorang muslim dalam jumlah cukup signifikan.
3. Agama Suku Baduy
Kepercayaan atau agama yang dianut suku Baduy adalah Sunda Wiwitan, atau kepercayaan terhadap kekuatan alam dan karuhun/arwah leluhur yang sudah bersatu dengan alam (animisme dan dinamisme). Melalui ajaran Sunda Wiwitan inilah, mereka diharuskan untuk menjaga, melestarikan dan memanfaatkan dengan baik kekayaan alam, kehidupan mereka sebagai penganut kepercayaan Sunda Wiwitan menjadikan mereka harus bisa menjaga kekayaan alam yang ada di lingkungan mereka.
Semua kegiatan adat seperti pernikahan, upacara kematian dan sebagainya dipimpin oleh pu’un/ketua adat. Sebenarnya kepercayaan ini memiliki kemiripan dengan agama Islam, hanya saja masyarakat Baduy tidak melaksanakan sholat 5 waktu, mereka hanya dianjurkan untuk hidup dengan benar dan berbuat baik pada sesama, termasuk menaati peraturan adat yang berlaku.
BACA JUGA : Uniknya Arsitektir Rumah Badak Heuay Suku Sunda
4. Bahasa Sehari-hari
Baik suku Baduy Dalam atau Luar menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun, bahasa Sunda yang digunakan berbeda karena menggunakan dialek Baduy. Masyarakat Baduy juga menyesuaikan tata krama bicara dengan berkomunikasi dengan orang yang lebih dihormati seperti ketua adat/pu’un. Walaupun masyarakat Baduy tidak mendapatkan pendidikan formal, mereka lancar berbicara bahasa Indonesia saat berbicara dengan pengunjung.
5. Pendidikan Suku Baduy
Sampai sekarang, masyarakat Baduy tidak mengenyam pendidikan formal. Mereka sendiri menolak usulan pemerintah untuk membangun sekolah dan fasilitas pendidikan lainnya, karena ajaran di sekolah formal bertolak belakang dengan adat istiadat mereka.
Walaupun begitu, bukan berarti masyarakat suku Baduy tidak berpendidikan. Orang tua memiliki cara mereka sendiri untuk mendidik anak-anak mereka. Sejak kecil, anak-anak Suku Baduy diajarkan untuk berbuat baik pada sesama manusia dan alam. Mereka belajar tentang menjaga lingkungan, tidak merusak hutan, tidak membuang sampah sembarangan dan tidak membunuh hewan liar.
6. Mata Pencaharian Suku Baduy
Mayoritas warga Baduy Dalam bekerja sebagai petani. Selain itu, ada juga yang berpofesi sebagai pedagang dan menjual jahe, kencur dan rempah lainnya. Semenjak menjadi destinasi wisata, sebagian kecil masyarakat Baduy Luar juga bekerja sebagai pemandu wisata. Walaupun kebanyakan pemandu wisata masih dari masyarakat di sekitar desa Kanekes. Bagi para wanita, biasanya mengerjakan kerajinan tangan, seperti menenun. Nantinya hasil tenunan tersebut bisa dijual kembali.
Unik banget ya Sobat MI, Walaupun masih berada dalam satu wilayah yang sama, kebiasaan dan peraturan suku Baduy sangat berbeda. Tentunya, kalau mau berkunjung ke Baduy kalian harus menaati peraturan dan menghormati masyarakat setempat, ya. Kira-kira, ada gak ya desa adat lain yang seunik ini di Indonesia? Coba deh kasih jawaban kamu di kolom komentar!
BACA JUGA : Tradisi Unik Suku Sasak NTB Sebelum Menikah
Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya Sobat MI. Caranya mudah kok. Dengan klik disini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal indonesia melalui postingan di website dan akun social media mengenal indonesia.