Mengenal Indonesia

tradisi ruwatan

RUWATAN RAMBUT GIMBAL: TRADISI MISTIS DARI WONOSOBO

Share this :

Ruwatan Rambut Gimbal — Hayooo, siapa di antara teman-teman yang suka main ke Dieng? Nah, tentu teman-teman tahu ‘kan kalau Dieng itu termasuk wilayah yang sangat sejuk dan enak banget untuk dijadikan salah satu destinasi wisata. Dieng tidak hanya menyimpan kekayaan alam, tetapi Dieng juga mempunyai berbagai tradisi dan peninggalan sejarah yang sangat unik.

         Penduduk asli Dieng rata-rata masih mempercayai legenda dan mitos mengenai para penguasa dari dimensi lain. Nah, ada nih, salah satu fenomena mistis dari Dieng yang seru banget untuk dibahas. Yup! Fenomena anak-anak berambut gimbal yang biasa disebut sebagai anak ‘gembel’. Anak-anak gembel ini adalah anak-anak istimewa yang dipilih oleh leluhur. Penasaran sama asal-usul anak gembel? Yuk, kita bahas!

ANAK GEMBEL: ANAK ISTIMEWA UTUSAN PARA LELUHUR

         Anak-anak berambut gimbal di Dieng ini bukan sembarang anak gimbal loh, ya! Mereka ini memiliki keistimewaan khusus dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Belum ada yang bisa menjelaskan fenomena ini secara ilmiah, namun mereka adalah anak-anak titisan leluhur, yaitu Kyai Kolo Dete. Anak gimbal merupakan salah satu simbol dari kesejahteraan masyarakat Dieng. Semakin banyak anak gembel di Dieng, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng.

BACA JUGA : TRADISI TORAJA: PASSILIRAN, BUAIAN TERAKHIR JENAZAH PARA BAYI TANA TORAJA

         Dilansir dari adventuretravel.co.id, kepercayaan ini dipercayai turun temurun sebab masih berhubungan erat dengan kisah mitos Kyai Kolo Dete. Di abad 17, daerah yang dulunya masih berupa hutan lebat ini didatangi oleh tiga orang Kyai, yaitu Kyai Walik, Kyai Karim, dan Kyai Kolo Dete. Kyai Walik dan Kyai Karim memberi nama daerah tersebut Wonosobo yang berasal dari kata wono yang berarti hutan, dan sobo yang berarti mengunjungi. Sedangkan Kyai Kolo Dete menetap di Dieng.

         Menurut cerita yang beredar di masyarakat, sosok Kyai Kolo Dete berambut gimbal dan beraliran kejawen. Namun, Kyai Kolo Dete bersama istrinya yaitu Nyai Larascinde tiba-tiba moksa atau hilang tanpa bekas di Gunung Kendil. Maka itulah, Kyai Kolo Dete mengutus beberapa anak yang diyakini sebagai titipan sebelum melakukan kunjungan ghaib kepada kedua temannya. Rambut gimbal tidak hanya terjadi pada anak laki-laki, namun juga anak perempuan yang mana hal itu diyakini oleh masyarakat setempat sebagai ulah dari Nyai Larascinde.

Para anak berambut gimbal ini mendapatkan rambut gimbalnya secara alamiah, loh, gengs! Dan seperti yang sudah sempat saya sebut di atas, belum ada yang bisa menjelaskan fenomena ini secara ilmiah, karena pernah ada dugaan bahwa munculnya rambut gimbal tersebut berhubungan dengan kebersihan dan keluarganya. Namun faktanya, fenomena anak berambut gimbal ini juga muncul pada keluarga yang tingkat sanitasinya bagus. Mereka juga bisa mendapatkan rambut gimbalnya itu walaupun tidak memiliki keturunan orang tua atau saudara yang berambut gimbal.

BACA JUGA : PRODUK TREN RAMAH LINGKUNGAN MASA KINI, WAJIB PUNYA!

Datangnya rambut gimbal pada anak-anak gembel ini biasanya berlangsung pada saat balita yang diawali dengan demam tinggi dan keesokan harinya sedikit demi sedikit rambutnya sudah mulai menyatu menjadi gimbal. Hal yang menurut saya mistis dan bahkan masih menjadi misteri adalah penampilan anak-anak berambut gimbal ini berubah menjadi kusam meskipun sudah mandi dan keramas. Ketika rambut gimbalnya dipotong, mereka mendadak jatuh sakit dan rambut yang sudah dipotong kembali menjadi gimbal. Untuk mengembalikan rambut mereka, hanya ada satu cara yang bisa dilewati yaitu dengan melalui proses ruwatan.

RUWATAN, TRADISI TURUN TEMURUN MASYARAKAT DIENG

         Ruwatan rambut anak gimbal adalah proses pemotongan rambut gimbal pada anak-anak gembel. Prosesi ini merupakan salah satu prosesi terpenting di Dieng. Acara ini dapat diselenggarakan kapanpun setelah si anak berambut gimbal bersedia untuk memotong rambut gimbal mereka, biasanya prosesi ini berlangsung sekitar bulan Juni sampai Agustus atau bertepatan dengan waktu libur sekolah.

         Mengutip dari tempo.co.id, rangkaian acara ruwatan rambut gimbal lumayan panjang. Beberapa hari sebelum acara berlangsung, para tetua adat berziarah ke tempat-tempat suci dan mengambil air dari tujuh sumber mata air di Dataran Tinggi Dieng.  Prosesi ini dapat dilakukan selama satu hari atau lebih. Ziarah ini bertujuan untuk meminta restu agar acara yang akan dilakukan berjalan lancar dan memberi berkah bagi si anak, keluarganya, dan seluruh masyarakat Dieng. Dikutip dari Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya karya In’am Zaidi, Nurjaya, dan Muhammad M. Zuhadi, prosesi ruwatan dipercaya akan memberikan keselamatan bagi anak-anak yang diruwat dan salah satu cara agar anak yang berambut gimbal terhindar dari malapetaka.

BACA JUGA : BUDAYA IKIPALIN, BUDAYA EKSTREM DARI PAPUA YANG PENUH MAKNA

Sebelum dilakukan pemotongan, anak-anak berambut gimbal memiliki suatu permintaan yang harus dituruti. Permintaan tersebut bermacam-macam dan berbeda-beda tiap anaknya. Terkadang, anak-anak berambut gimbal ini meminta sesuatu yang aneh dan unik, contohnya dulu ada seorang anak yang meminta rambutnya dipotongkan oleh pejabat pemerintahan. Ada juga anak yang meminta handphone, ikan asin, dan lain sebagainya. Para penduduk setempat meyakini bahwa permintaan yang diajukan oleh anak-anak tersebut merupakan permintaan dari makhluk halus yang menjaga mereka.

         Saat hari H, anak-anak berambut gimbal yang akan diruwat dikumpulkan di rumah tetua adat. Tidak hanya anak-anak gembel, namun juga wanita pengiring yang membawa makanan atau domas dan kelompok-kelompok kesenian ikut berkumpul di rumah tetua adat. Kemudian mereka akan berkeliling kampung dan berarak-arakan menuju Kompleks Candi Arjuna.

         Tempat pertama yang dikunjungi adalah sumber mata air Sendang Sedayu. Di tempat ini, anak-anak berambut gimbal akan melalui penjamasan atau ritual penyucianpensucian. Kemudian, berpindah ke Dharmasala untuk merapikanmerapihkan pakaian. Puncaknya adalah ketika acara berlangsung di salah satu candi yang ada di kawasan Kompleks Candi Arjuna sebab di candi inilah, anak-anak berambut gimbal tadi akan dipotong rambutnya. Rambut gimbal yang sudah dipotong tadi kemudian akan dilarungkan di sumber air yang berada di Dieng, yaitu di Telaga Warna, Telaga Balaikambang, dan Sungai Serayu. Setelah melakukan prosesi ini, anak-anak tadi tidak akan mendapatkan rambut gimbalnya kembali.

 Bibliography

Zaidi, In’am, Nurjaya dan Muhammad M. Zuadi. Eksistensi Ruwatan Rambut Gimbal di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya. 1 Juni 2020

Adventure Tour and Travel. 2016. “Fenomena Rambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng”. https://www.adventuretravel.co.id/blog/fenomena-rambut-gimbal-di-dataran-tinggi-dieng

Tempo.co. 2019. “Asal-Usul Bocah Gimbal dari Dieng”. https://www.google.com/amp/s/travel.tempo.co/amp/1231384/asal-usul-bocah-gimbal-dari-dieng 

Share this :

Leave a Comment