Mengenal Indonesia

Tradisi Pernikahan Suku Sasak

Tradisi Unik Sebelum Pernikahan ala Suku Sasak

Share this :
Tradisi Pernikahan Suku Sasak
Gambar: lokalisme.com

Tradisi pernikahan Suku Sasak di Indonesia, negara dengan berbagai sukunya memiliki keragaman budayanya memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam merayakan upacara pernikahan, baik sebelum maupun sesudahnya. Salah satu tradisi yang unik adalah Merarik. Tradisi ini berasal dari suku Sasak, yaitu suku yang berkedudukan di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dilansir dari kompasiana.com, budaya ini memang kurang terkenal di Lombok, namun suku Sasak masih mempercayai bahwa hal ini perlu untuk dilestarikan karena tradisi ini merupakan peninggalan nenek moyang mereka.

Tradisi ini tentu sangat unik dibandingkan dengan tradisi di daerah lain karena berbeda dengan tradisi perkawinan di daerah lain, di mana sebelum dilakukan pernikahan, keluarga mempelai laki-laki datang bersama dengan orang tuanya ke rumah mempelai wanita untuk melamar, di suku Sasak, mempelai wanita “diculik” untuk kemudian dijadikan istri. Tradisi Merarik ini juga mempunyai ciri khas dan nilai tersendiri yang sudah diwariskan oleh para leluhur. Suku Sasak meyakini bahwa tradisi ini akan mengangkat harkat dan martabat kaum laki-laki yang membawa ‘kabur’ wanita pujaan hatinya. Terdengar seperti kawin lari, ya? Hmmm, tapi tenang saja, karena ini berbeda dengan kawin lari, kok! Karena tradisi Merarik juga hanya dilakukan oleh sejoli yang memang saling mencintai, jadi memang tanpa paksaan dari siapapun.

Tradisi Merarik sebagai Simbol Cinta dan Kesiapan Bertanggung Jawab Seorang Lelaki

Dikutip dari lombokita.com, tradisi pernikahan Suku Sasak menganggap bahwa jika laki-laki ingin meminang perempuan dan ia harus izin terlebih dahulu seperti halnya tradisi di Lombok adalah sebuah pelecehan terhadap perempuan. Karena mereka beranggapan bahwa yang bisa dimintai izin adalah barang, sedangkan untuk mendapatkan wanita, mereka harus memperjuangkan sebanyak mereka bisa. Dari tradisi Merarik ini, mereka bisa menilai bagaimana kerasnya perjuangan dan seberapa dalamnya cinta laki-laki terhadap perempuan itu.

Tradisi pernikahan Suku Sasak sendiri meskipun saat ini sudah tidak sering dilakukan karena tergerus zaman, namun tetap masih ada masyarakat yang berpegang teguh pada budaya ini. Tradisi ini memang menuai beberapa pro kontra, dari sisi kontra kebanyakan datang dari pihak-pihak luar yang sudah mempunyai pola pikir yang lebih modern. Bagi sebagian orang yang berpikiran modern merasa bahwa tradisi pernikahan Suku Sasak ini melanggar hak wanita atau kurang sopan menculik wanita, dan berbagai macam alasan lainnya. Namun, bagi suku Sasak, hal tersebut bukanlah tindakan kriminal, karena memang sudah adatnya dari dulu seperti itu. Apalagi dalam proses ‘penculikan’ itu juga diawasi dengan ketat sehingga jika terbukti melanggar peraturan dalam proses ‘penculikan’ tadi, maka pelaku akan dikenai sanksi dan denda sesuai dengan hukum adat yang berlaku di sana.

Meski demian, setiap tradisi ada di masyarakat pasti mempunyai maknanya tersendiri. Dikutip dari makalah berjudul Makna Merarik dan Nyongkolan Bagi Pasangan Pengantin di Nusa Tenggara Barat yang ditulis oleh Febri Triwahyudi dan Achmad Mujab Masykur, tradisi ini merupakan simbol kesiapan seorang lelaki untuk bertanggung jawab, menafkahi keluarganya, dan membina rumah tangga dengan pasangannya. Tradisi ini juga menandakan bahwa sang wanita juga bersedia untuk dinikahi oleh mempelai laki-laki.

Baca Juga : Ritual Misterius Namun Penuh Makna dari Tanah Toraja

Asal-Usul Terjadinya Merarik

Menurut cerita yang dikisahkan oleh suku Sasak secara turun temurun, pada zaman dahulu, ada seorang raja yang mempunyai putri yang sangat cantik, sehingga banyak laki-laki yang berkeinginan untuk meminang putri raja tersebut. Sang raja mulai berpikir bagaimana caranya agar tidak terjadi pertengkaran sehingga raja tersebut mengurung anak perempuannya di istana dengan penjagaan yang super ketat. Kemudian, raja itu membuat pengumuman bahwa siapapun yang dapat menculik anak perempuannya, maka ia bisa menikahi putri cantiknya itu. Nah, sejak saat itulah tradisi Merarik ini dilakukan oleh suku Sasak.

 Prosesi Merarik: Mulai dari Janji Temu hingga Akad Nikah

Dilansir dari nationalgeographic.grid.id, prosesi ini diawali dengan bertemunya sang pria dan wanita. Sebelum bertemu, mereka sudah janjian dulu, loh, ya! Kemudian, sang wanita akan dibawa ke rumah prianya sekitar satu hingga tiga hari. Setelah itu, akan ada prosesi yang disebut dengan “besejati”, di mana pihak pria mengirim utusan, yang biasanya adalah tokoh masyarakat, untuk memberitahu kepala dusun tentang ‘penculikan’ ini dan meneruskannya ke keluarga calon mempelai wanita. Agar pihak wanita tahu dan setuju dengan pernikahan yang akan dilangsungkan.

Jika sudah, maka proses selanjutnya adalah “Selabar”. Dalam prosesi ini, akan dilakukan perundingan mengenai “Pisuke” yaitu uang atau barang yang akan diberikan kepada keluarga calon mempelai wanita. Biaya ini akan digunakan sebagai biaya syukuran. Jika sudah sepakat dan selesai, maka bisa dilangsungkan akad nikah. Setelah resmi menjadi sepasang suami istri, akan dilakukan “Sorong Serah”, yaitu pengumuman resmi pernikahan sembari menyerahkan seserahan kepada keluarga wanita sebelum dilaksanakannya arak-arakan “Nyangkolan”.

Tradisi ini memang unik, ya? Namun sayangnya, tradisi ini kerap disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menikahi anak di bawah umur, yang mana hal tersebut jelas salah menurut hukum positif di Indonesia. Namun, secara tradisi memang sulit bagi anak perempuan yang sudah ‘dilarikan’ untuk menolak pernikahan tersebut. Alasan yang membuat mereka sulit untuk menolak adalah karena masyakarat di sana akan menganggap bahwa mereka sudah gagal menikah, yang mana mereka beranggapan itu adalah sebuah aib besar. Ditambah, pihak laki-lakinya biasanya berusaha keras untuk mempertahankan agar pernikahan itu tetap bisa dilaksanakan. Terkait hal ini, diperlukan edukasi bagi masyarakat, khususnya bagi orang tua dan anak, mengenai pentingnya untuk tidak menikah di usia dini agar tidak terjadi lagi pernikahan anak di kemudian hari.

Referensi

Runi Fazalani. 2018. Kawin Lari “Merarik” di Suku Sasak, Lombok. https://www.kompasiana.com/runi1234/5c28dea16ddcae73a57d5c47/kawin-lari-merarik-di-suku-sasak-lombok?page=all

Febri Triwahyudi dan Achmad Mujab Masykur. Makna Merarik dan Nyongkolan Bagi Pasangan Pengantin di Nusa Tenggara Barat

Nesa Alicia. 2018. Merarik, Tradisi Melarikan Calon Mempelai Wanita di Suku Sasak. https://nationalgeographic.grid.id/read/13959080/merarik-tradisi-melarikan-calon-mempelai-wanita-di-suku-sasak?page=all

Ria Mailinda. 2020. Kawin Lari “Merarik”; Tradisi atau Transisi?. http://lombokita.com/kawin-lari-merarik-tradisi-atau-transisi/

Share this :

1 thought on “Tradisi Unik Sebelum Pernikahan ala Suku Sasak”

  1. Pingback: 10 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, Unik dan Seru Banget!

Leave a Comment