Mengenal Indonesia

bangka belitung

MENGULIK KONSEP BUDAYA KELEKAK DI BANGKA BELITUNG

Share this :
Sumber Foto: liputan6.com

      Bangka Belitung atau yang terkenal melalui film laskar pelangi merupakan daerah yang memiliki berbagai keunikan yang berkembang dalam masyarakatnya. Baik dari segi sosial ekonomi, budaya, dan banyak hal lainnya. Selain keindahan topografi pantainya yang menjadi tujuan wisata para pelancong, Bangka Belitung memiliki “Kelekak” sebagai warisan budaya dari leluhur mereka. Kebudayaan dengan konsep yang mengedepankan sustainability (keberlanjutan) dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial itu yang disebut kelekak. Kearifan lokal yang berhubugan dengan ekologi ini masih dikenal dan eksis ditengah perubahan sosial yang terjadi. Sehingga transfer pengetahuan terhadap keafian lokal kelekak masih berlangsung dari generasi ke generasi. Dari segi bahasa, “Kelekak” berarti “kelak kek ikak” atau nanti untuk kalian” yang merupakan istilah dari generasi sebelumnya kegenerasi selanjutnya. 

      Hal ini memiliki makna bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat berorientasi bukan hanya untuk kepentingan sekarang namun juga untuk masa depan. Secara fisik, budaya Kelekak diwujudkan dalam bentuk kawasan hutan atau lahan yang dimiliki oleh suatu kelompok yang dirawat, dikelola, dan dimanfaatkan secara bersama dan turuntemurun dengan memperhatikan setiap komponen yang menyusunnya agar tercipta sebuah ekosistem yang berkelanjutan. Terkadang (orang) yang menanam (pohon buah-buahan tersebut) tidak menikmati hasilnya. Artinya, generasi terdahulu memberikan jaminan ketersediaan bahan makanan kepada keturunannya.

BACA JUGA : THE INCREDIBLE OF TORAJA

      Pada awalnya, dalam kelekak merupakan hamparan hutan belantara. Kemudian oleh masyarakat melakukan penebangan pepohonan yang tumbuh di dalam hutan tersebut untuk dijadikan sebagai huma untuk penanaman padi ataupun pulut. Setelah hasil pertama dari huma dipanen, pemiliknya akan meninggalkan dan membiarkan huma tersebut untuk beberapa tahun atau yang disebut dengan masa bera. Huma yang ditinggalkan dalam jangka waktu tertentu itu dimaksud agar kesuburan tanah kembali secara alami. Selain itu, huma juga dijadikan sebagai pertanda bahwa lahan tersebut telah dimiliki oleh orang tertentu sehingga orang lain tidak dapat menggarapnya. 

      Setelah beberapa tahun, pemilik huma akan kembali untuk menggarapnya ketika kesuburan tanah dirasa sudah cukup. Uma yang ditinggalkan disebut bebak yang banyak ditumbuhin tanaman liar. Biasanya sebagian bebak akan digunakan sebagai perkampungan dan wilayah tersebut akan dialokasikan sebagai pemukiman, perkebunan, dan makam. Sebagian bebak lagi akan ditanami tanaman keras yang dapat menghasilkan buah-buahan yang dapat dikonsumsi seperti durian, mangga, dan rambutan. Pohon buah-buahan yang ditanam di lahan bebak itulah yang disebut dengan kelekak.

Kelekak dalam hal ini memiliki tiga macam manfaat yaitu dalam ekologi, sosial, dan ekonomi. Secara ekologi, penanaman pohon buah-buahan dapat ditapsirkan sebagai upaya dalam membangun lahan-lahan terbuka hijau. Lahan yang telah ditanami dengan berbagai tanaman tahunan tersebut dapat berfungsi untuk penyerap air agar kawasan tersebut tidak lekas kering ketika musim kemarau dan tidak banjir pada musim hujan. Selain itu juga dedaunan kering juga sebagai salah satu sumber bahan organik yang dapat membantu dalam penyuburan tanah. Adapun secara sosial yaitu untuk dapat mempertahankan tali silaturahmi diantara anggota keluargan bahkan masyarakat pemilik kelekak

BACA JUGA : BUDAYA IKIPALIN, BUDAYA EKSTREM DARI PAPUA YANG PENUH MAKNA

      Melalui kelekak, silsilah kekeluargaan juga dapat dirajut kembali dengan menelusuri sejarah kelekak-nya. Ada kalanya kelekak menyatukan anggota keluarga atau masyarakat ketika musim panen untuk menikmati buah dari kelekak. Sedangkan dari segi ekonomi dapat diperoleh dari hasil penjualan buah-buahan dari pepohonan yang ditanam di kelekak karena memang dominasi pepohonan yang pada umumnya ditanam di kelekak yaitu pohon buah-buahan sehingga bernilai ekonomi. Memahami filosofi dan makna kelakak yang ada di balik tanaman yang ditanam, sesungguhnya menjelaskan bahwa masyarakat Bangka Belitung juga sudah memahami konsep konservasi yang diwariskan oleh para leluhurnya. Budaya kelekak menjadi salah satu budaya yang perlu untuk dapat dijaga, dirawat, dan diterapkembangkan oleh masyarakat Bangka Belitung. Konsep budaya yang menjunjung tinggi sustainabilitas secara ekologi, ekonomi, dan sosial sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat. Seperti kelekak, Yuk bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya oleh kita, untuk kita dan masa depan anak cucu kita JJJ

Share this :

Leave a Comment