Mengenal Indonesia

Taman Nasional Gunung Bromo

Flora Dan Fauna Langka Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Share this :

TAMAN NASIONAL BROMO — Siapa yang tak ingin melihat keindahan alam di Gunung Bromo? Pastinya, semua ingin merasakannya. Mempunyai tinggi 2.329 meter di atas permukaan laut, Gunung Bromo menyimpan keindahan alam dan keanekaragaman yang sayang untuk dilewatkan.

Secara administratif, Gunung Bromo berada di empat wilayah kabupaten di Jawa Timur, yakni Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang dan Probolinggo. Berdasarkan kondisi tersebut membuat TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup bervariasi. Di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdapat pohon-pohon besar tumbuh dengan usia yang sudah ratusan tahun lamanya. Beberapa jenis flora dan fauna langka juga hidup di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Berikut ini beberapa flora dan fauna langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Yuk simak!

1. Bunga Edelweis (Anaphalis Javanica)

bunga edelweis di Taman Nasional Bromo
Foto: travel.tribunnews.com

‘Bunga abadi’ begitulah para wisatawan Gunung Bromo menyebutnya. Flora yang bernama latin Anaphalis Javanica ini disebut ‘abadi’ karena memiliki kandungan Hormon Etilen yang dapat berperan agar bunga tidak mudah gugur. Adanya Hormon Etilen, membuat Edelweis dapat mekar dan bertahan hingga 10 tahun lamanya.  Bunga abadi atau bunga senduro ini merupakan tanaman endemik montana (zona ketinggian 1.800 – 3.000 meter di atas permukaan laut) diberbagai pegunungan di Indonesia.

Karena disebut sebagai bunga abadi, flora ini sempat menjadi komoditas jual beli bagi orang-orang yang mendaki. Mereka mengambil beberapa tangkai bunga Edelweis kemudian diikat untuk kemudian dijual ke masyarakat maupun pendaki yang sedang melintas. Hal inilah yang membuat populasi bunga Edelweis semakin sedikit, karena para pendaki memetik seenaknya dan membuat banyak tanaman Edelweis tidak tumbuh sempurna. Bunga Edelweis merupakan salah satu flora langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Baca juga: Gurih Segar Lontong Kupang Khas Sidoarjo, Santapan Wajib Saat Berkunjung ke Jawa Timur

2. Bunga Anggrek (Habenaria Tosariensis)

bunga anggrek
Foto: snapshotkonservasi.wordpress.com

Asal muasal Tosariensis  merujuk pada lokasi pertama ditemukannya anggrek ini, yaitu di daerah Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Persebaran Habenaria tosariensis ini hanya ada di Pulau Jawa. Salah satu habitatnya yaitu di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Oleh karena itu, bunga anggrek ini menjadi salah satu anggrek endemik di Pulau Jawa.

Flora ini merupakan anggrek terestrial (hidup di tebing atau wilayah rumputan), memiliki bentuk umbi yang tertanam di bawah tanah. Daunnya berbentuk oval yang mempunyai  tepi rata dan  ujung runcing.  Dalam satu tangkai bulir anggrek ini bisa terdapat 50 bunga. Oleh karena itu, bunga anggrek jenis Habenaria tosariensis ini sangat dilindungi karena keberadaanya semakin sedikit dan menjadi flora langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

3. Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus)

Elang Brontok di Taman Nasional Bromo
Foto: kursrupiah.net

Elang Brontok yang mempunyai nama latin Nisaetus cirrhatus, masyarakat sering menyebutnya sebagai Burung Rajawali. Sering disebut burung rajawali karena ukuran fauna ini memang besar dan mempunyai rentang sayap yang lebar. Fauna ini mempunyai perawakan yang tegap dan gagah.

Elang Brontok memiliki warna bulu yang dapat berubah-ubah tergantung kondisi musim sehingga bagi pengamat burung nasional maupun internasional sering disebut sebagai Changeable Hawk Eagle (CHE). Warna bulu pada Elang Brontok dapat berubah sebanyak 3 kali fase dalam satu tahun.

Elang Brontok dapat membuat sarang pada dataran rendah dibawah 1000 mdpl, sesuai dengan kondisi geografis Gunung Bromo. Sarang terbuat dari daun yang telah mengering  dan patahan ranting. Jika kalian mengunjungi kawasan hutan Gunung Bromo, kalian dapat menemukan 2 sarang Elang Brontok.

BACA JUGA : MENENGOK IKAN COELACANTH, IKAN PURBA DI PERAIRAN SULAWESI

Elang Brontok betina hanya dapat bertelur 1 butir saja dalam masa perkawinannya. Hal ini menjadikan Elang brontok menjadi fauna langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dengan kondisi habitat yang makin sempit, perdagangan liar dan tingkat perburuan  kita harus tetap menjaga kelestariannya.

4. Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas)

Macan Tutul di Taman Nasional Bromo
Foto: metro.tempo.co

Macan Tutul jawa atau Macan Kumbang adalah satwa endemik Pulau Jawa. Dikatakan satwa endemik karena Macan Tutul Jawa memiliki dua jenis warna kulit yaitu berwarna terang (merah ke kuning – kuningan) dan hitam. Fauna ini hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa salah satunya di Kawasan Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru.

Macan Tutul Jawa mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam, bentuk tubuhnya pun berukuran kecil. Pada umumnya, fauna ini memiliki bulu seperti sayap kumbang berwarna hitam mengkilap. Hal ini berfungsi untuk beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap.

Macan Tutul Jawa menjadi fauna langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, karena populasi Macan Tutul Jawa kemungkinan hanya tersisa sekitar 10 ekor. Dikarenakan populasinya yang semakin sedikit, membuat Macan Tutul Jawa termasuk ke dalam kategori terancam punah dalam Daftar Merah IUCN (The International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) sejak 2008. Untuk mencegah perburuan dan melindungi Macan Tutul Jawa, otoritas Taman Nasional Bromo secara teratur akan memeriksa jejak kaki hewan tersebut.

Baca juga: Batam Kota Black Market, Benarkah?

5. Lutung Jawa (Trachypithecus Auratus)

Lutung Jawa
Foto: ksdae.menlhk.go.id

Lutung Jawa atau Trachypithecus Auratus merupakan salah satu jenis lutung endemik Indonesia. Habitat alami dari Lutung Jawa adalah kawasan hutan dengan berbagai jenis dari hutan bakau, hutan rawa, hingga hutan dataran tinggi. Di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan habitat Lutung Jawa.

Seperti spesies lutung lainnya, lutung jawa mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm dan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm. Lutung merupakan satwa diurnal (aktif di siang hari terutama di atas pohon). Makanan Lutung Jawa yakni beberapa jenis buah-buahan, biji – bijian, dan bunga. Terkadang binatang ini juga memakan kulit kayu  dan serangga.

Tetapi, populasi fauna ini menjadi langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru akibat ulah manusia, seperti yang ditemukan baru-baru ini di Malang. Manusia banyak memburu Lutung Jawa untuk diperjualbelikan secara ilegal. Habitat Lutung jawa juga semakin sempit akibat berbagai sebab, seperti kebakaran dan pembukaan hutan, perubahan iklim yang tak menentu, menipisnya persediaan pangan, dan beberapa faktor lainnya, membuat populasi Lutung Jawa semakin sedikit.

Nah, itu dia beberapa Keanekaragaman Hayati yang terdapat pada Kawasan Gunung Bromo. Oleh karena itu, mari kita lindungi bersama aset berharga di Gunung Bromo, stop perburuan liar, merusak lingkungan, dan mari bersama kita jaga eksistensi flora dan fauna langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan menjaga habitat mereka agar tidak terjadi kepunahan.

Bibliography

Bromo Tengger Semeru. Fauna: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sumber: https://bromotenggersemeru.org/page-static/fauna. Retrieved June 02, 2021, from https://bromotenggersemeru.org/page-static/fauna

Bromo Tengger Semeru. Flora: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sumber: https://bromotenggersemeru.org/page-static/flora. Retrieved June 02, 2021, from https://bromotenggersemeru.org/page-static/flora

Indoflashlight. (2020, June 10). Flora dan Fauna di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. https://www.indoflashlight.org/flora-dan-fauna-di-taman-nasional-bromo-tengger-semeru/. Retrieved June 02, 2021, from https://www.indoflashlight.org/flora-dan-fauna-di-taman-nasional-bromo-tengger-semeru/

Naufal A. (2020, September 19). Keanekaragaman Herpetofauna di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Retrieved June 02, 2021, from http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/article/view/15862/9630

Share this :

Leave a Comment