Mengenal Indonesia

peringatan hari kartini

Hari Kartini, dari Sejarah hingga Cara Memperingatinya

Share this :

Halo, Sobat MI!

Hari Kartini adalah perayaan setiap tahun untuk mengingat dan menghormati perjuangan seorang pahlawan perempuan Indonesia bernama Raden Ajeng Kartini.

Dulu, perempuan Indonesia, terutama perempuan Jawa, digambarkan sebagai sosok yang hanya boleh berada di rumah, tidak bisa melanjutkan sekolah, hingga pada usia tertentu harus menikah dengan dijodohkan oleh orang tua.

Hal tersebutlah yang juga dirasakan oleh Kartini. Berkat perjuangan dan buah pemikirannya, kini perempuan Indonesia bisa ikut serta berkontribusi  dalam pembangunan bangsa dan bisa bersekolah setinggi-tingginya.

Alasan Tanggal 21 Diperingati Hari Kartini

Hari Kartini mulai diperingati oleh masyarakat Indonesia setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Presiden Soekarno juga menetapkan tanggal kelahiran Kartini, yaitu 21 April sebagai Hari Kartini. Meskipun begitu, peringatan Hari Kartini tidak ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Alasan ditetapkannya peringatan ini adalah sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas peran Kartini dalam memperjuangkan emansipasi terhadap perempuan, yakni persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat antara laki-laki dan perempuan.

Melalui pemikirannya, Kartini ingin agar perempuan memperoleh kebebasan, persamaan hukum, dan otonomi serta berpartisipasi terhadap gerakan yang lebih luas.

Perjuangan Kartini juga menginspirasi seorang tokoh kebangkitan nasional Indonesia, yakni W.R. Soepratman untuk menciptakan lagu berjudul “Ibu Kita Kartini”. Lagu tersebut dinyanyikan setiap perayaan Hari Kartini.

BACA JUGA: Hari Bumi 2023, Bagaimana Sejarah dan Maknanya?

Sejarah Perjuangan RA Kartini

Kartini memiliki nama lengkap Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat. Ia lahir di Jepara pada 21 April 1879 dari pasangan R.M Sosroningrat dan M.A Ngasirah. Ia adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara dan termasuk keturunan bangsawan Jawa dari garis ayahnya.

Kartini mengenyam pendidikan sampai usianya menginjak 12 tahun. Setelah lulus dari sekolah berbahasa Belanda, Europeesche Lagere School (ESL), Kartini harus merelakan diri untuk dipingit dan tinggal di rumah. Ia tidak diperbolehkan ayahnya mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Meskipun begitu, semangat belajarnya tidak padam. Ia memanfaatkan kemahiran bahasa Belandanya tersebut untuk belajar secara otodidak dengan banyak membaca koran, majalah dan buku-buku berbahasa Belanda.

Ia juga mengirim surat kepada teman-teman korespondensinya yang berasal dari Negeri Kincir Angin, salah satunya adalah Rosa Abendanon.

Kepada mereka Kartini mencurahkan ketertarikannya pada kemajuan berpikir perempuan Eropa dan gagasannya mengenai pentingnya pendidikan dan kesetaraan bagi perempuan Indonesia.

Menginjak usia 24 tahun, Kartini dijodohkan oleh orang tuanya dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah beristri tiga. Mereka resmi menikah pada tanggal 12 November 1903.

Beruntung, suaminya mengerti ketertarikan Kartini pada pendidikan dan mengizinkannya mendirikan sekolah khusus perempuan yang bertempat di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang (sekarang Gedung Pramuka).

Di sekolah tersebut Kartini mengajarkan kepada murid-murid perempuannya mengenai cara membaca, menulis, memasak, menyulam, dan menjahit.

Namun, sebelum Kartini menyaksikan buah dari perjuangannya, ia meninggal dunia selang empat hari setelah melahirkan putra pertamanya, Soesalit Djojoadhiningrat, tepatnya pada 17 September 1904.

Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Untuk mengenang sosoknya sebagai pejuang emansipasi, didirikan Sekolah Kartini di beberapa kota, seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Madiun, Malang, dan Cirebon.

Kemudian surat-surat yang Kartini kirimkan kepada para sahabat penanya di Belanda dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Door Duisternis tot Licht yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang.

Cara Memperingati

Sobat MI bisa memperingati Hari Kartini dengan berbagai cara. Kamu dapat berpartisipasi secara aktif dengan cara menyebarkan pemikiran dan nilai-nilai yang dibawa oleh Kartini.

Kamu juga bisa turut serta dalam mendukung kesetaraan gender terhadap perempuan dan mendukung penuh perempuan untuk berpendidikan tinggi dan menggapai apa pun cita-cita mereka.

Selanjutnya, sangat penting untuk menanamkan kesadaran dalam diri bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk belajar dan bertumbuh tanpa memandang jenis kelamin tertentu.

Terakhir, kamu bisa memperingati Hari Kartini dengan caramu sendiri selagi itu bernilai positif dan bermanfaat bagi sesama. Selamat Hari Kartini!

BACA JUGA: HUT Kopassus: Sejarah, Tugas, dan Strukturnya

Jangan lupa untuk terus membaca postingan kami ya, Sobat MI. Caranya mudah kok. Dengan klik di sini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal Indonesia melalui postingan di website dan akun social media Mengenal Indonesia.

Share this :

Leave a Comment