Mengenal Indonesia

Aksara Sunda: Pengertian, Jenis, dan Fungsi

Share this :

Halo Sobat MI! Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak kedua di Indonesia. Tapi, selain huruf latin, tahukah kamu bahwa Bahasa Sunda juga memiliki aksara tersendiri? Aksara Sunda tidak terlalu sulit untuk dipahami, kok!

Sobat MI ingin lebih tahu mengenai seluk-beluk Aksara Sunda? Simak informasinya berikut ini yang telah disiapkan oleh Mengenal Indonesia!

Pengertian

Aksara Bahasa Sunda adalah sistem penulisan huruf yang digunakan untuk menuliskan kata-kata dalam Bahasa Sunda. Aksara ini merupakan hasil tradisi ortografi atau sistem ejaan suatu bahasa melalui perjalanan sejarah dari abad ke 5 hingga kini. 

Aksara Bahasa Sunda memang terbilang jarang digunakan oleh masyarakat Sunda. Penutur Bahasa Sunda lebih banyak menulis Bahasa Sunda dengan huruf latin. Namun begitu, aksara ini tetap wajib dipelajari oleh siswa-siswi yang berdomisili di Jawa Barat.

Jenis Aksara Sunda

1. Aksara Ngalagena (Konsonan)

Sumber: Wikimedia Commons

Aksara ngalagena terdiri dari simbol-simbol yang mewakili fonem konsonan. Suku katanya mengandung bunyi vokal “a”. Pengucapan aksara tergantung pada posisi alat bicara seperti kerongkongan, langit-langit mulut, gigi, dan bibir.

Ada 25 karakter dalam aksara ngalagena: ka, ga, nga, ca, ja, nya, ta, da, na, pa, ba, ma, ya, ra, la, wa, sa, ha, fa, kha, qa , sya, va, xa, dan za. Karakter fa, va, qa, xa, kha, sya, dan za mewakili bunyi serapan.

2. Aksara Swara (Vokal)

Sumber: Wikimedia Commons

Aksara swara juga dikenal sebagai aksara vokal. Berbeda dengan abjad Indonesia yang hanya memiliki 5 vokal bebas, bahasa Sunda memiliki 7 huruf vokal. Dua huruf vokal tambahan dalam bahasa Sunda adalah karakter é dan eu.

Meskipun e dan é mungkin tampak serupa pada awalnya, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dalam pengucapan bahasa Sunda. Selain itu, bahasa Sunda memilki swara eu, yang hanya terdapat dalam bahasa Sunda dan Aceh, seperti pada kata “nyieun”.

3. Aksara Rarangken

Unsur ini berfungsi sebagai pelengkap dan pendamping komponen Aksara Ngalagena, karena semua huruf dalam Aksara Ngalagena hanya diikuti oleh huruf vokal “a”. Sebaliknya, ada banyak kata dan kalimat yang mengikuti vokal lainnya.

Rarangkén dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tempat penulisannya: di atas huruf, di bawah huruf, dan sejajar dengan huruf.

Jenis rarangken di atas aksara (Sumber: amadi.unpad.ac.id)
Jenis rarangken di bawah aksara (Sumber: amadi.unpad.ac.id)
Jenis rarangken di bawah aksara (Sumber: amadi.unpad.ac.id)
  • Vokalisasi yang ditulis di atas lambang aksara: panghulu, pemepet, paneleung, panglayar, dan panyecek.

 

  • Vokalisasi yang ditulis di bawah lambang aksara: panyuku, panyakra, dan panyiku.

 

  • Vokalisasi yang ditulis sejajar dengan aksara: panéléng, panolong, pamingkal, pangwisad, dan pamaéh.

 

4. Aksara Tanda Baca

Tanda baca pada aksara ini tak jauh berbeda dengan tanda baca pada penulisan Bahasa Indonesia yakni adanya koma, titik, titik dua, tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, dan sebagainya.

5. Aksara Pangwilang (Angka)

Sumber: amadi.unpad.ac.id

Selain huruf aksara, juga terdapat komponen angka dalam sistem penulisan ini. Aksara pangwilang dengan angka puluhan, diikuti angka ratusan, dan seterusnya, ditulis dari kiri ke kanan. Ada sepuluh angka dalam aksara pangwilang, yakni 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0.

BACA JUGA: Aksara Swara: Pengertian, Jenis, Aturan, dan Contohnya

Fungsi Aksara Sunda

Kaligrafi Aksara Sunda (Sumber: kairaga.com)

Aksara Sunda digunakan untuk memperkuat lambang kebanggaan dan identitas daerah Tatar Sunda. Terbitnya Perda No. 9 Tahun 2012 telah memperkuat penggunaan, pemeliharaan, dan pengembangan bahasa, sastra, dan aksara Sunda di Kota Bandung.

Saat ini, masyarakat umum sering diperkenalkan dengan aksara ini melalui berbagai event budaya di Jawa Barat. Selain itu, aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama beberapa bangunan pemerintahan.

Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya, Kota Bogor, dan Kota Bandung telah menggunakan aksara pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut. Untuk meningkatkan keberhasilan pengenalan aksara daerah, disarankan untuk mengajarkan aksara ini dan bahasa Sunda secara bersamaan.

Fungsi lainnya aksara ini adalah sebagai alat kesenian. Karya seni kaligrafi aksara Sunda menggunakan aksara untuk menghasilkan karya seni yang menganggumkan.

Namun, koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan diperlukan untuk menerapkan aksara ini di ranah sosial karena masih sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya, bahkan di tingkat pemerintahan.

Perbedaan Aksara Sunda dengan Aksara Jawa

Aksara Sunda dan Aksara Jawa memang hampir mirip, dikarenakan sama-sama diturunkan dari aksara Kawi. Namun ada beberapa perbedaan di antara keduanya. Perbedaan utamanya terletak pada cara mereka menulis bunyi /o/.

Dalam bahasa Jawa, bunyi /o/ dituliskan dengan sandhangan taling tarung, sedangkan dalam aksara Bahasa Sunda menggunakan tarung saja. Selain itu, untuk menulis bunyi ‘eu’, maka dituliskan kombinasi antara tarung dan pepet. Bunyi ‘eu’ juga dikenal dalam Bahasa Jawa Kuno yang umumnya ditulis dengan huruf ‘o’. 

BACA JUGA: 5 Pakaian Adat Sunda: Baju Adat Pangsi hingga Mojang Jajaka

Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya Sobat MI. Caranya mudah kok. Dengan klik di sini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal Indonesia melalui postingan di situs dan akun media sosial Mengenal Indonesia.

Share this :

Leave a Comment