Mengenal Indonesia

tari Saman tari tradisional Aceh

8 Jenis Tari Tradisional Aceh Paling Populer, Diakui UNESCO!

Share this :

Tari tradisional Aceh memang tidak bisa dihitung jumlahnya. Tari tradisional dari Aceh memiliki ciri khas, baik dari segi gerakan, hingga tujuan.

Sobat MI tau gak, ada tari tradisional Aceh selain Saman yang diakui UNESCO. 

Kira-kira tari apa ya yang telah diakui UNESCO. 

Ciri Khas Tarian Aceh

tari Saman tari tradisional Aceh
sumber : kompas.com

Sebelum menelisik lebih dalam tari tradisional Aceh apa saja, sobat MI perlu tau dulu bagaimana ciri khas tarian Aceh.

Memang tak banyak yang tau tentang ciri khas tari Aceh. Berikut ciri khas tarian Aceh:

1. Gerakan tari

Tarian khas Aceh terdiri dari berbagai serangkaian gerak.

Gerakannya pun berbeda-beda tergantung jenis tariannya. Namun, ada beberapa hal yang sama dari gerak tari Aceh yakni energik, full power, dan penuh semangat. 

Selain itu, sebagian besar gerakannya memadukan gerakan tangan, tepuk tangan, dada, dan pundak.

Tarian Aceh juga dimainkan dalam tempo yang cepat serta mengombinasikan antara penampilan tarian dan nyanyian.

2. Jumlah penari

Mayoritas tari tradisional Aceh diperagakan dalam kelompok besar. Selain itu, pemeran tari bukan hanya wanita, melainkan pria juga.

3. Tujuan Pementasan

Pada zaman dulu, tari tradisional Aceh ditujukan sebagai perantara seseorang menyebarkan kebajikan dan ajaran Islam.

Jenis Tari Aceh

Setelah tau ciri khas tarian Aceh, kita bergeser ke jenis tariannya. Berikut 8 jenis tari Aceh:

1. Tari Saman

Tari tradisional Aceh ini sudah tidak asing lagi bukan?

Tari Saman telah diakui UNESCO pada 2011 silam sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Intangible Culture Heritage (ICH). 

Tarian ini kental dengan budaya islami loh. Punya keunikan tersendiri juga. Kira-kira apa ya?

Asal Usul Tari Saman

Tari Saman merupakan tarian asal dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah.

Syair pada tarian Saman menggunakan bahasa-bahasa Gayo.

Tari ini dikembangkan oleh Syekh Samman pada abad ke-16 Masehi. 

Konon, tari Saman kerap ditampilkan saat perayaan hari raya kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, tari Saman menjadi salah satu media penyampaian pesan atau dakwah. 

Tarian Saman mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan.

Pada awal perkembangannya, tari Saman merupakan tari yang sakral dan tidak boleh sembarangan digelar.

Namun pada tahun 1974, tari Saman mulai dikenal luas di Indonesia. Saat itu tari Saman tampil dalam pembukaan Taman Mini Indonesia Indah. 

Setelah itu, banyak orang menggelar lomba atau festival tari Saman.

Keunikan Tari Saman

Pertama, syair dalam tari Saman dilantunkan langsung oleh penari dalam bahasa gayo. Biasanya yang bertugas melantunkan syair adalah penari yang berada di tengah formasi. 

Kedua, dipentaskan dalam jumlah banyak asalkan ganjil. Kedengarannya unik ya. Berapapun jumlahnya asalkan minimal 7 orang dan berjumlah ganjil, tari Saman bisa dilakukan.

Ketiga, tari seribu gerakLantaran lantunan lagu menggunakan suara penari, tari Saman tidak menggunakan iringan alat musik.

Gerakan tari Saman menggunakan dua unsur gerak dasar yakni tepuk tangan dan tepuk dada atau pundak. Kedua gerakan itu dilakukan dalam posisi duduk.

Gerakan tepuk tangan turut menyumbangkan melodi. Tepukan tangan dikombinasikan dengan gerakan memukul dada dan pangkal paha sebagai sinkronisasi. Lalu, menghempaskan badan ke berbagai arah.

Dari situlah mengapa tarian ini dinamakan tarian seribu gerak.

Makna Gerakan Tari Saman

Gerakan di setiap tari Saman nyatanya mengandung makna tersirat.

Contohnya, gerakan penari duduk membentuk garis lurus ke arah samping sambil berbaris. 

Gerakan ini mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Semua manusia di muka bumi itu sama dan saling membutuhkan satu sama lain.

Lalu, pola duduk yang digunakan adalah kaki bertumpu layaknya duduk di antara dua sujud.

Posisi diatas melambangkan umat Islam yang tengah melakukan sholat. 

Pola Lantai Tari Saman

Pola lantai tari Saman tari tradisional Aceh
sumber : mengenalindonesia.com/Delweys Octoria

Pola lantai tari Saman adalah horizontal, di mana penari membentuk barisan memanjang ke samping. Pola lantai ini biasa disebut saf.

Selain horizontal, tari Saman juga memiliki pola lantai vertikal, diagonal, zig-zag dan garis melengkung. 

Masing-masing pola memiliki makna yang berbeda-beda, antara lain:

Pola lantai horizontal memiliki makna sebagai hubungan antar manusia dan manusia lainnya.

Pola lantai vertikal menggambarkan makna hubungan manusia dengan Tuhan YME.

Pola zig-zag: penari dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai fungsinya, yaitu sebagai penopang, penyepit, pengapit, dan penindak.

Pola lengkung memiliki makna lemah lembut dan serasi.

2. Tari Seudati

Dulu tari asal pesisir Aceh ini digunakan sebagai media dakwah dalam mengembangkan ajaran Islam.

Menelisik sejarahnya, tari Seudati berasal dari Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie.

Awalnya, Tari Seudati diprakarsai oleh seseorang bernama Syeh Tam.

Lalu, tarian berkembang luas di sekitar Desa Didoh, Kecamatan Pidie dan Kecamatan Mutiara.

Tari Seudati dipopulerkan oleh anak asuhan Syeh Ali Didoh. Setelah itu, tarian tersebar di seluruh Aceh Utara hingga seluruh Aceh.

Asal Usul Nama Seudati

Terdapat dua versi terkait dari mana kata Seudati itu berasal.

Pendapat pertama menyatakan kata Seudati diambil dari kata syahadati atau syahadatain yang artinya pengakuan Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.

Dilain sisi, ada pendapat yang menyatakan Seudati berasal dari kata Seurasi yang berarti harmonis dan kompak.

Pementasan Tari Seudati Seperti Apa?

Dalam pementasannya, tari Seudati dilakukan oleh 8 orang penari laki-laki dan 2 penyanyi.

8 orang itu terdiri atas satu syeh, satu orang pembantu syeh, dua orang apeetwie (pembantu di sebelah kiri), satu orang  peet bak (pembantu di belakang) dan tiga orang pembantu biasa.

Dua penyanyi yang mengiringi tarian Seudati dinamakan aneuk syahi.

Tarian Seudati tidak menggunakan alat musik. Suara yang muncul berasal dari gerakan tepuk tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah, dan ketipan jari.

Semua gerakan mengikuti tempo lagu yang dinyanyikan.

Keistimewaan Tari Seudati

Tarian ini termasuk dalam kategori Tribal War Dance atau tari Perang. 

Tari Seudati memiliki gerakan yang khas yaitu gerakan agresif dan kompak.

Gerakan agresif mengandung arti bahwa setiap manusia harus bisa agresif dalam mengambil keputusan. Hal itu ditujukan agar setiap manusia bisa hidup lebih baik.

Sementara, kekompakan bermakna bahwa setiap manusia harus kompak dalam melakukan kebaikan.

3. Tari Bungong Jeumpa

Dalam bahasa Aceh, Bungong Jeumpa artinya bunga cempaka. Maka tak ayal jika tarian ini juga disebut tari Bunga Cempaka.

Bunga cempaka adalah bunga yang tumbuh subur dan sangat terkenal di Aceh.

Pola Lantai Tarian Bungong Jeumpa

Tari Bungong Jeumpa menggunakan pola lantai vertikal dan horizontal.

Nantinya, penari membentuk garis lurus dari depan ke belakang dan garis menyamping dari kanan ke kiri.

Pementasan Tari Bungong Jeumpa

Secara umum, gerakan tari Bungong Jeumpa dibagi dalam dua posisi yaitu posisi duduk dan berdiri.

Kedua posisi tersebut memiliki jumlah gerakan yang berbeda.

Saat di atas panggung, penari Bungong Jeumpa akan diiringi lagu daerah Aceh yang berjudul Bungong Jeumpa.

Biasanya tari Bungong Jeumpa dilakukan secara berkelompok.

BACA JUGA : Sejarah Tari Bungong Jeumpa yang Belum Orang Tau!

4. Tari Likok Pulo

Tari Likok Pulo berasal dari Pulo Aceh. Tepatnya Pulau Beras, selatan Kampung Ulee Paya.

Tari tradisional Aceh ini muncul pada tahun 1849, sebagai media pengembangan dakwah Islam di masa Kesultanan Aceh.

Kok Bisa Dinamakan Tari Likok Pulo

Masyarakat Pulo Aceh meyakini bahwa tari Likok Pulo diperkenalkan oleh Ulama Arab, Syeikh Ahmad Badron.

Kala itu Syeikh Badron tengah terdampar di Pulau Aceh dan menetap di Desa Ulee Paya.

Melihat kepandaian masyarakat dalam memainkan Tapai, Syeikh Badron memanfaatkan kondisi tersebut untuk berdakwah. 

Setelah memperhatikan cara permainan Rapai penuh dengar likok (gerakan bergoyang dalam posisi duduk), maka disebutlah tari ini sebagai tari Likok.

Lantaran berasal dari Pulo Aceh, tarian ini dinamakan tari Likok Pulo.

Jumlah Penari dalam Pementasan

Tari Likok Pulo membutuhkan 12 orang penari pria. Pada saat pementasan, penari berada dalam posisi sejajar duduk rapat berlutut bahu membahu.

Kapan Tarian Likok Pulo Dipentaskan?

Biasanya tari Likok Pulo dipentaskan sesudah kegiatan tanam dan panen padi.

Pementasan pun dilakukan pada malam hari.

5. Tari Tarek Pukat

Tari Tarek Pukat merupakan tarian yang terinspirasi dari tradisi menarek pukat (menarik jala) yang dilakukan masyarakat Aceh pesisir.

Kegiatan menarik jala sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat Aceh pesisir. Saat menangkap ikan, mereka melepas dan menarik jala secara gotong-royong.

Tarian Tarek Pukat menjadi bentuk apresiasi masyarakat Aceh pesisir terhadap budaya dan tradisinya yakni tradisi menangkap ikan di laut.

Jumlah Penari dalam Tarian Tarek Pukat

Tari Tarek Pukat diperankan oleh 7 orang penari wanita atau lebih.

Tarian ini diawali gerakan menari dengan posisi duduk sambil menepuk dada dan paha.

Pada akhir tarian, penari akan mengaitkan satu tali dengan tali lainnya hingga menjadi rangkaian jaring atau jala.

Iringan Tari Tarek Pukat

Musik pengiring tarian Tarek Pukat adalah Riang yang dihasilkan dari alat musik Rapai (dipukul) dan Serune Kalee (alat musik tiup).

6. Tari Ratoh Jaroe

Tarian ini diciptakan oleh Yusri Saleh atau yang akrab disapa Dek Gam. Dia adalah seniman asal Aceh tahun 2000-an.

Sementara nama “Ratoh Jaroe” dibuat oleh koreografer asal Aceh, Khairul Anwar, yang pernah bekerja sama dengan Dek Gam.

Konon, tarian Ratoh Jaroe merupakan perpaduan antara beberapa tarian tradisional Aceh yaitu Likok Pulo, Rapai Geleng, Rateb Meusekat, dan Ratoh Duek sehingga menghasilkan bentuk tarian unik.

Tari tradisional Aceh ini juga telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya internasional pada 2011 silam. 

Tahun 2018, tari Ratoh Jaroe berhasil memikat penjuru dunia di pembukaan Asian Games 2018.

BACA JUGA : Sejarah dan Keunikan Tari Barong Bali! Diakui UNESCO juga Loh

Terkesan Mirip: Ini Perbedaan Tari Ratoh Jaroe dengan Tari Saman

Untuk yang belum mengenal tari Ratoh Jaroe, pasti menganggap bahwa tarian ini serupa dengan tari Saman. Padahal aslinya berbeda.

Tari Saman memiliki gerakan badan yang lebih menonjol. Sementara tari Ratoh Jaroe dominan dengan gerakan tangan yang digabung dengan gerakan badan.

Selain itu, tarian Ratoh Jaroe dibawakan secara berkelompok oleh penari perempuan dan berjumlah genap. 

Sementara tari Saman dibawakan oleh penari laki-laki dan terkadang oleh wanita dengan jumlah ganjil.

Tarian Ratoh Jaroe sangat mengutamakan kekompakan dan keselarasan gerakan tangan sesama penari. Gerakan tangan harus cepat dan tegas. 

Penyajian Saman murni diiringi tepukan tangan, tepukan dada, dan syair yang dilantunkan pengangkat dan diikuti oleh para penarinya. 

Sementara Ratoh Jaroe diiringi musik Rapai.

Gerakan Tari: Berjumlah 33

Tari Ratoh Jaroe memiliki 33 gerakan dan 5x pengulangan gerak.

Dalam gerakan itu, penari menggunakan tubuh bagian atas. Bagian yang dimaksud adalah tangan, lengan, dan kepala. Gerakan dilakukan dalam posisi duduk.

Penari juga akan menyanyikan lagu dalam bahasa Aceh mengikuti tempo yang dimainkan dua penabuh Rapai.

Makna Tari Ratoh Jaroe

Tarian yang dibawakan oleh perempuan dengan iringan syair religius ini dimaknai sebagai wujud semangat, jiwa pemberani, dan pantang menyerah para wanita Serambi Mekah.

7. Tari Top Pade

Top Pade merupakan tari tradisional asal Aceh Utara. Tari ini diciptakan pada tahun 1960-an. Namun tari Top Pade tidak diketahui siapa penciptanya.

Tari Top Pade berasal dari kata Top dan Pade. Top berarti menumbuk dan Pade berarti padi. 

Kini, Tari Top Pade menjadi tarian khas Kota Lhokseumawe, Aceh.

Tari Top Pade Menceritakan Tentang Apa?

Tari Top Pade menceritakan tentang proses awal menanam padi hingga panen.

Mulanya, tarian ini diciptakan untuk mengisi kejenuhan masyarakat pada saat menumbuk padi yakni dengan bernyanyi dan berpantun ria. 

Pemeran dalam Tarian Top Pade

Pada masa itu tari Top Pade hanya diperankan oleh wanita. Sebab, dulu kegiatan menanam dan menumbuk padi merupakan pekerjaan wanita.

Namun seiring berkembangnya zaman, tari ini mulai diperankan oleh laki-laki.

Gerakan Tari Top Pade

Tarian ini dilakukan dengan enam gerakan tari.

Gerakan pertama dimulai dari proses cemangkoi blang (menyangkul sawah) dan dilakukan oleh penari laki-laki.

Selanjutnya, gerakan lhong pade (menanam padi) yang dilakukan oleh penari wanita.

Gerakan ketiga kemekoh pade (memotong padi). Gerakan ini dilakukan oleh penari pria.

Lalu, gerakan ceumeulheu pade (padi mulai dipijak hingga rontok). Tarian ini dilakukan oleh penari pria.

Gerak tari kelima adalah proses penumbukan padi agar menjadi butiran-butiran beras.

Terakhir, gerak tari kemerui pade. Gerakan ini diperankan oleh penari wanita. Penari memperagakan seseorang sedang menampi padi. 

Properti Tari Top Pade

Tari Top Pade menggunakan properti cangkul dan tampah.

Tampah berfungsi sebagai alat bantu untuk memisahkan dan membersihkan padi kopong dengan padi berisi.

Cangkul sebagai alat untuk mencangkul lahan sawah yang akan ditanami padi. 

Namun, dalam tari ini cangkul yang digunakan hanyalah cangkul yang berukuran kecil.

BACA JUGA : 5 Tarian Asal Riau! Ada Tari Pemanggil Arwah

8. Tari Laweut

Tari Laweut merupakan tari yang berasal dari Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh.

Lambat laun, tari tradisional Aceh ini menyebar ke seluruh wilayah Aceh hingga pesisir.

Tari laweut juga dikenal dengan sebutan tari Seudati Inong atau Akoom.

Menurut sejarah, tari Laweut sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Namun, tidak diketahui siapa penciptanya.

Kata laweut sendiri merupakan suatu ungkapan yang berasal dari kata seulaweut (sholawat), yaitu kata-kata yang digunakan untuk memuji Nabi Muhammad SAW.

Tari Laweut dulunya dimainkan oleh kalangan wanita pesantren dan istri pejuang sebagai bentuk hiburan diri.

Tari Laweut, Tari Seudatinya Wanita Aceh

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa tari Laweut adalah tari Seudatinya kaum wanita Aceh. 

Tari Laweut memang memiliki kesamaan dengan tari Seudati. 

Merujuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Kebudayaan, kesamaan itu ada pada pola tarinya yaitu bersaf (berbanjar), pha-rangkang (segi empat), dan glong (melingkar). 

Selain itu, juga dari iringannya. Kedua tari tradisional Aceh ini hanya menggunakan iringan syair saja. 

Jumlah penari dalam tarian ini pun sama yaitu delapan penari dan dua penyanyi. 

Namun, kedua tarian ini juga memiliki perbedaan yaitu pada pemain dan tepukan saat menari.

Tari Laweut dibawakan oleh perempuan sedangkan tari Seudati dibawakan oleh laki-laki.

Gerakan menepuk tangan pada tari Seudati ditepukkan tepat di bagian dada dan perut dengan keras.

Sementara pada tari Laweut, gerakan tepuk hanya pada paha dan tangan saja.

Itu dia tari tradisional Aceh yang wajib sobat MI tau. Sekarang kalau ditanya apa saja tarian asal Aceh, jawabnya gak cuma Saman ya!

Lestarikan budaya dan tradisi leluhur kita ya sobat MI.

Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya sobat MI. Caranya gampang kok dengan klik di sini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal indonesia melalui postingan di website dan akun sosial media Mengenal Indonesia.

Share this :

Leave a Comment