Halo, Sobat MI!
Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbanyak, Indonesia memiliki semangat tersendiri dalam menyambut bulan Ramadhan. Bahkan, bisa dibilang setiap daerah memiliki tradisi menyambut bulan puasa yang berbeda-beda.
Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci, Sobat MI perlu tahu nih tradisi menyambut bulan puasa di berbagai wilayah di Indonesia yang masing-masing memiliki keunikannya tersendiri.
Meskipun caranya berbeda, masyarakat Indonesia memiliki semangat yang sama dalam menyambut bulan Ramadhan. Yuk, simak lima tradisi menyambut bulan puasa di berbagai wilayah di Indonesia berikut ini!
1. Nyadran (Jawa Tengah)
Sobat MI akan menemui tradisi Nyadran di Jawa Tengah. Tradisi ini merupakan momentum penting bagi masyarakat Jawa untuk menghormati leluhur mereka dan sebagai ungkapan syukur pada Sang Maha Kuasa.
Nyadran dilakukan dengan cara menziarahi makam leluhur atau keluarga. Bedanya dengan ziarah kubur di hari biasa, tradisi ini khusus dilaksanakan sebelum bulan puasa.
Biasanya, selain berziarah, masyarakat Jawa Tengah mengadakan Nyadran dengan makan bersama hasil tani dan ternak yang tersaji di atas daun pisang serta mengadakan kenduri atau selamatan.
Tradisi Nyadran dianggap oleh masyarakat setempat sebagai sarana untuk membersihkan diri sebelum bulan puasa.
Selain itu, sebagai bentuk berbakti kepada anggota keluarga atau leluhur yang telah meninggal dengan berziarah ke makam sembari memanjatkan doa dan membersihkannya.
Masyarakat Jawa Tengah yang kerap melaksanakan tradisi Nyadran berada di daerah Kendal, Temanggung, dan Magelang.
2. Apeman (Yogyakarta)
Berbeda dengan Jawa Tengah, Yogyakarta memiliki tradisi unik menyambut bulan puasa dengan membagikan ratusan kue apem yang dibuat oleh anggota keluarga Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
Tradisi yang disebut sebagai Apeman ini digelar sebagai ungkapan terima kasih dan rasa syukur kepada Sang Pencipta karena akan menjumpai kembali bulan Ramadhan.
Pembuatan apem tersebut dibuat dengan melewati beberapa proses, yaitu membuat adonan atau ngebluk jeladren dan dilanjutkan dengan ngapem atau membuat apem.
Adapun pelaksanaan tradisi Apeman ini dipimpin langsung oleh permaisuri sultan dan anggota perempuan dari keluarga keraton lainnya.
Untuk menarik perhatian wisatawan, tradisi ini juga diadakan di Jalan Malioboro dan Jalan Sosrowijayan.
3. Dugderan (Semarang)

Tradisi Dugderan merupakan tradisi khas warga Semarang berupa festival. Tidak hanya diikuti oleh umat Islam, tradisi ini sudah menjadi festival tahunan yang turut diramaikan oleh berbagai lapisan masyarakat setempat sembari merayakan keanekaragaman budaya, etnis, kuliner, dan seni yang terdapat di Semarang.
Tahukah kamu, tradisi Dugderan ini sudah dilakukan sejak tahun 1881, lho. Istilah Dugderan merujuk pada kata “dug” yang berarti suara dari bedug dan “deran” yang merupakan suara dari mercon.
Tak heran, jika karnaval ini ramai dengan suara bedug dan mercon. Selain itu, di festival ini terdapat maskot bernama Warak Ngendog, yakni simbol hewan yang berbadan kambing dan berkepala naga.
Karnaval ini biasanya dimulai di halaman Kantor Balai Kota dan berakhir di Masjid Agung Kauman Semarang.
BACA JUGA: 5 Kuliner Semarang Terhits, Yakin Gak Mau Nyoba?
4. Pacu Jalur (Riau)
Tradisi menyambut bulan puasa selanjutnya datang dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat di sana mengadakan Pacu Jalur, yakni perlombaan mendayung perahu yang terbuat dari kayu pohon.
Pacu Jalur berasal dari kata Jalur yang dalam bahasa setempat berarti perahu. Tradisi ini biasanya didesain serupa dengan pesta rakyat.
Kegiatan ini digelar dengan begitu meriah serta menjadi ajang bagi masyarakat setempat menikmati hiburan sebelum melaksanakan ibadah puasa.
5. Munggahan (Jawa Barat)
Di Jawa Barat, masyarakat di sana mengadakan tradisi Munggahan yang dalam bahasa Sunda berarti “sampai ke”. Masyarakat Jawa Barat memaknai tradisi tersebut sebagai rasa syukur karena sampainya mereka di bulan Ramadhan.
Maka dari itu, tradisi Munggahan tak jarang dilaksanakan beberapa hari menjelang Ramadhan atau di akhir bulan Sya’ban.
Masyarakat setempat meyakini tradisi ini sudah ada sejak masuknya Islam di tanah Sunda. Munggahan dilaksanakan dengan makan bersama atau botram, bersilaturahmi mengunjungi keluarga dan kerabat, saling meminta maaf, dan membersihkan tempat ibadah dan makam.
Munggahan dilakukan sebagai sarana mengungkapkan rasa syukur kepada Allah dan sebagai upaya membersihkan diri dari keburukan sebelum memasuki bulan puasa.
BACA JUGA: 5 Pakaian Adat Sunda, Baju Adat Pangsi Hingga Mojang Jajaka
Itu dia lima tradisi menyambut bulan puasa di beberapa wilayah di Indonesia. Tak jarang, perayaan-perayaan tersebut menarik perhatian wisatawan untuk menyaksikan dan turut merayakannya.
Sebenarnya masih banyak lagi tradisi lainnya dalam menyambut bulan Ramadhan yang ada di tanah air. Kalau di daerahmu, apa tradisi yang Sobat MI lakukan untuk menyambut bulan Ramadhan?
Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya Sobat MI. Caranya mudah kok. Dengan klik di sini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal Indonesia melalui postingan di website dan akun sosial media Mengenal Indonesia.