Tepat pada tanggal 7 November 2022, kita akan memperingati Hari Wayang Nasional. Mungkin banyak dari Sobat MI yang belum tahu tentang perayaan hari penting ini. Padahal bukan hanya boneka semata, wayang juga berperan besar dalam penyebaran agama Islam dan sebagai media untuk menghormati arwah nenek moyang.
Jika menonton pertunjukan wayang, kita bisa sekaligus menikmati seni musik, peran, sastra, lukis dan perlambangan. Cerita pementasan wayang pada umumnya membawakan kisah Mahabrata dan Ramayana. Namun, cerita wayang juga bisa diambil dari kisah Panji dan Rohani, yang penting memiliki pesan atau amanat untuk penonton.
Dalam rangka merayakan Hari Wayang Nasional, kita akan membahas lebih dalam tentang sejarah, jenis, manfaat sampai tokoh-tokoh wayang di Indonesia. Yuk, tingkatkan rasa cinta kita terhadap wayang kulit dengan membaca artikel ini!
Sejarah Wayang di Indonesia
UNESCO telah menobatkan wayang sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan mahakarya dunia yang tak ternilai pada 7 November 2003. Lalu, bagaimana sejarah wayang mulai dari pertama kali tercipta sampai menjadi kesenian go-international?
Sebagai salah satu kesenian tradisional Indonesia yang sudah ada sejak zaman nenek moyang, wayang memiliki jejak historis yang panjang. Konon katanya, pertunjukan seni asli Indonesia ini berkembang di daerah Jawa dan Bali sejak 1500 SM. Salam (1988) menjelaskan bahwa wayang pertama kali diciptakan oleh Prabu Jayabaya yang menggambar leluhurnya. Pertunjukan wayang mulai dikenal sepanjang masa beliau menjabat dari tahun 1135-1157.
Secara filosofis, wayang artinya bayangan mengenai kehidupan. Pada zaman dulu, pementasan wayang berlangsung saat malam hari dengan menggunakan penerangan yang disebut “blencong”. Blencong diletakan di atas dalang sehingga bayangan wayang di layar menjadi besar. Kata ‘wayang’ berasal dari kata ‘wod‘ dan ‘yang‘, artinya bayangan yang berpindah-pindah tempat.
Jenis-jenis Wayang di Indonesia
Mungkin Sobat MI hanya mengenal wayang kulit dan wayang golek saja. Padahal, wayang memiliki berbagai macam jenis lainnya, lho. Ada beberapa jenis wayang yang populer di Indonesia, di antaranya:
1. Wayang Kulit
Salah satu jenis wayang yang paling populer adalah wayang kulit. Biasanya dipentaskan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Dulu wayan kulit terbuat dari kulit kerbau dan tanduk kerbau.
2. Wayang Golek
Wayang Golek juga merupakan salah satu jenis wayang yang paling terkenal. Wayang Golek berasal dari Jawa Barat dan terbuat dari kayu yang berbetuk manusia atau boneka.
3. Wayang Suket
Wayang Suket terbuat dari kumpulan rumput yang sibentuk sedemikian rupa menjadi wayang. Berasal dari Purbalingga dan diperkenalkan oleh seniman Slamet Gundono. Dalam bahasa Jawa, ‘suket’ artinya rumput.
4. Wayang Pring
Wayang Pring terbuat dari bambu yang dianyam hingga berbentuk seperti wayang. Jenis wayang ini berasal dari kampung Cijahe, Bogor.
BACA JUGA : Wayang Sebagai Warisan Budaya Indonesia yang Sangat Berharga
Fungsi Wayang Kulit
Dari zaman ke zaman, wayang memiliki perubahan fungsi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, perkembangan zaman dan kebutuhan pasar. Fungsi-fungsi wayang antara lain:
1. Wayang Sebagai Pemujaan Roh Leluhur
Fungsi wayang sebagai pemujaan juga berkaitan dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pada awal peradaban, yaitu animisme dan dinamisme. Wayang digunakan sebagai media untuk pemujaan roh leluhur. Maka dari itu, wayang dulunya dianggap memiliki kekuatan magis dan sakral.
2. Wayang Sebagai Media Dakwah
Fungsi wayang mulai bergeser saat Islam masuk ke Nusantara. Sunan Kalijaga adalah salah satu Wali Sono yang menyebarkan Islam lewat seni wayang dan suluk. Wayang dimodifikasi dari cerita yang sebelumnya telah ada, contohnya adalah Punakawan. Ajaran Islam juga sering disampaikan melalu petuah serta sindiran adegan jenaka yang dilakukan oleh tokoh Punakawan.
3. Wayang Sebagai Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam pementasan wayang berupa pesan nilai-nilai, etika, budi pekerti, politik, sosial dan kewarganegaraan yang disampaikan lewat cerita wayang. Manfaat pendidikan ini terkandung di dalam setiap cerita dari pertunjukan wayang yang menampilkan pesan-pesan edukatif tersebut.
4. Wayang Sebagai Hiburan Rakyat
Wayang juga dijadikan media hiburan untuk masyarakat. Dengan adanya cerita yang menarik, diiringi musik gamelan membuat pementasa wayang menjadi semakin seru untuk ditonton.
Karakter Tokoh Wayang Kulit
Sama seperti manusia, tokoh wayang juga memiliki karakter yang berbeda-beda, ada yang baik, jahat dan humoris. Biasanya karakter ini dibedakan dari postur tubuh wayang. Menurut Sunaryo (1996), tokoh wayang terbagi menjadi beberapa karakter, di antaranya:
1. Karakter Halus
Tokoh wayang berkarakter halus biasanya berbadan kecil, kurus, kepalanya menunduk, bermata sipit dan berkaki rapat. Contoh tokoh wayang berkarakter halus adalah Lesmana, Arjuna, Abimanyu dan Puntadewa.
2. Karakter Gagah
Wayang berkarakter gagah biasanya badannnya lebih besar, kepala tegak, matanya bulat namun ada juga yang sipit, berjanggut dan berkumis. Contoh tokoh wayang berkarakter gagah adalah Bima dan Gatotkaca.
3. Karakter Kasar
Wayang berkarakter kasar biasanya berbadan besar, matanya besar dan melotot, mulutnya terbuka memperlihatkan taring, kedua kakinya terbuka seperti melangkah. Contoh wayang berkarakter kasar seperti Kangsa, Rahwana dan Buta Cakil.
4. Karakter Gecul
Wayang dengan karakter gecul biasanya berperawakan lucu dan bersifat jenaka, tokoh ini adalah seorang penari, jin atau pelawak. Contoh tokoh wayang berkarakter gecul adalah Panakawan (Bagong, Petruk, Gareng dan Semar), yang merupakan kelompok penerbar humor dan pencair suasana.
Tokoh-tokoh Wayang Kulit
Jika kita berbicara tentang tokoh wayang, maka tidak akan ada habisnya. Sekiranya, ada sekita 200 wayang kulit yang berbeda-beda tokohnya, terbagi oleh berbagai golongan dan karakter. Menurut Sunaryo (1996), tokoh wayang kulit terbagi menjadi beberapa golongan, di antaranya:
1. Golongan Dewa
Wayang golongan dewa memiliki ciri berjanggut lebat, barjubah, memakai serban serta membawa keris yang diselipkan di pinggang. Contoh wayang golongan dewa di antaranya yaitu Batara Surya (Dewa Matahari), Batara Brahma (Dewa Api), Batara Bayu (Dewa Angin), Batara Kamajaya (Dewa Asmara), Dewi Ratih (Dewi Asmara), Dewa Pemangsa (Batara Kala) dan yang paling tinggi adalah penguasa para dewa yaitu Batara Guru.
2. Golongan Raja
Tugas waynag golongan raja adalah memimpin negara. Mereka memiliki patih, punggawa, dan rakyat. Biasanya para raya digambarkan memakai mahkota, namun ada juga yang berpakaian seadanya. Tokoh raja dalam pewayangan ada yang baik hati seperti Prabu Kresna dan Puntadewa. Namun, ada juga yang jahat, seperti Duryudana dan Rahwana yang serakah.
3. Golongan Satria
Tokoh wayang golongan satria merupakan kebanggaan raja dan negara. Biasanya mereka pandai berperang dan selalu membela keadilan. Mereka memiliki budi pekerti yang baik dan berwibawa. Selalu menjadi penyelamat dan menyelesaikan masalah yang terjadi di tengah masyarakat. Salah satu tokoh wayang golongan satria adalah Arjuna, kesayangan para dewa.
4. Golongan Pendeta
Wayang golongan pendeta biasanya memakai penutup kepala atau ‘oncit’ dan berbusana mirip para dewa. Beberapa tokoh pendeta yang terkenal adalah pandeta Durna, Begawan Wiyasa, Resi Bisma, dan Begawan Wisrawa.
5. Golongan Raksasa
Tokoh Wayang raksasa biasanya hanya memiliki satu tangan yang bisa digerakkan. Biasanya berbadan besar, memiliki wajah sera. dengan mulut terbuka dan taring mencuat. Kebanyakan tokoh raksasa memang jahat, misalnya Niwatakawaca, Kangsa, dan Buta Cakil. Namun ada juga raksasa baik seperti Kumbakarna yang merupakan adik Rahwana, ia tidak menyukai kejahatan dan kerakusan.
6. Golongan Panakawan
Golongan panakawan adalah rakyat biasa yang mengabdi pada tuannya. Namun, ada yang nengabsi pada pemimpin jahat dan baik. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong mengabdi pada para satria yang baik budi. Sedangkan panakawan yang mengabdi pada para satria jahat adalah yang Togog dan Sarawita. Ada juga abdi wanita yang berbadan besar (Limbuk) dan abdi wanita berbadan kurus (Cangik).
5 Unsur Dalam Pementasan Wayang
Dikutip dari jurnal penelitian yang ditulis oleh Fitri Nuraisyah dan Hudaidah, ada 5 unsur penting dalam pementasa wayang. Unsur-unsur tersebut antara lain:
1. Kelir
Kain putih tebal yang digunakan untuk menggelar wayang, nantinya bayanga wayang akan terlihat jelas di kelir. Kelir dapat diibaratkan sebagai dunia, dimana seluruh makhluk hidup, baik manusia, hewan atau tumbuhan, hidup bersama dan menjalankan aktivitasnya.
2. Blencong
Lampu yang diletakan di atas dalang dan berfungsi untuk menerangi pementasan wayang serta untuk ‘menghidupkan’ bayangan wayang. Pada zaman dulu, blencong menggunakan bahan bakar minyak kelapa.
3. Gamelan
Seperti yang kita tahu, gamelan adalah alat musik khas Indonesia yang berfunsi sebagai pengiring dalam pentas wayang. Alat musik gamelan ini termasuk kendhang, demung, saron, bonang, gong, kempul dan gambang.
4. Wayang
Tentunya pertunjukan wayang tidak akan berjalan tanpa wayang itu sendiri. Pada zaman dulu, wayang dibuat sederhana menggunakan lembaran rumput yang dibentuk menjadi boneka wayang. Lama-kelamaan, pembuatan wayang mulai berkembang menggunakan kayu dan bahan kulit.
5. Dalang
Dalang adalah manusia yang menggerakan wayang. Keahlian menjadi dalang biasanya diperoleh secara turun-temurun. Dalang juga dibantu oleh Juru Kawih yang berperan sebagai penyanyi untuk mengiringi pertunjukan wayang.
Cara Merayakan Hari Wayang Nasional
Sobat MI ingin ikut merayakan Hari Wayang Nasional? Tidak perlu sampai repot-repot menonton wayang. Melihat pertunjukan wayang pun cukup sulit untuk Sobat Mi yang berada di kota-kota besar.
Namun, ada beberapa cara yang bisa Sobat MI lakukan untuk merayankan Hari Wayang Nasional, salah satunya dengan share artikel ini ke temen-temen, keluarga atau media sosial Sobat MI. Biar mereka bisa ikut-ikut jatuh cinta dengan wayang kulit. Gampang banget, kan?
Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya Sobat MI. Caranya mudah kok. Dengan klik disini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal indonesia melalui postingan di website dan akun social media mengenal indonesia.