Pada 30 September 2022, kesenian gambang kromong ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) loh sobat MI. Penghargaan tersebut diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Keren bukan?
Ngomongin soal kesenian gambang kromong, gak puas rasanya kalo cuma tau namanya aja. Yuk kita ulik seperti apa sih kesenian gambang kromong itu.

Sejarah Gambang Kromong
Ternyata kesenian gambang kromong berasal dari etnis Tionghoa. Namun, kini gambang kromong telah mengudara di tanah Betawi dan menjadi kesenian lokalnya. Merunut ke belakang, bagaimana awal mula munculnya kesenian gambang kromong di Indonesia dan sejak kapan?
Munculnya Gambang Kromong
Gambang kromong muncul pertama kali pada tahun 1800-an. Namun mulai populer pada tahun 1930-an.
Menurut Muhadjir dalam Peta Seni Budaya Betawi (1986), musik gambang kromong sudah dikenal pada tahun 1880-an. Saat itu, Bek Teng Tjoe menyajikan gambang kromong untuk penyambutan para tamunya.
Bek Teng Tjoe adalah kepala kampung China yang ada di wilayah Pasar Senen.
Saat itu kesenian Betawi ini masih bernama ‘gambang’.
Kemudian, pada abad ke-20, berubah nama menjadi ‘gambang kromong’. Penggantian nama tersebut diperkasai oleh Nie Hoe Kong.
Nie Hoe Kong adalah seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda pada era 1730-an.
Penambahan kata ‘kromong’ pun bukan tanpa sebab. Sebelum abad ke-20, kesenian ini belum menggunakan instrumen kromong. Makanya dinamakan Kesenian ‘gambang’.
Setelah adanya penambahan instrumen kromong, digantilah namanya menjadi ‘kesenian gambang kromong’.
Fungsi Gambang Kromong
Jurnal Narada bertajuk ‘Tinjauan Gaya Vokal Ibu Saini pada Lagu Sayur Gambang Kromong Akang Haji’, menuturkan bahwa musik gambang kromong memiliki dua konteks pertunjukan.
1. Gambang Kromong sebagai Sebuah Pertunjukan Musik Tunggal
Gambang kromong sebagai pertunjukan musik tunggal diwujudkan dengan adanya pertunjukan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh perempuan.
Kesenian ini dibuka dengan dibawakannya lagu Sayur seperti Jali-jali Ujung Menteng, Centeng Manis, dan Stambul.
Beberapa kelompok musik gambang kromong masih ada yang membawakan lagu Dalem seperti Pobin Kong Ji Lok sebagai pembuka.
2. Gambang Kromong sebagai Pertunjukan Lain
Kesenian tradisional gambang kromong dalam musik Betawi digunakan untuk mengiringi pertunjukan seperti Lenong dan tarian.
a. Pengiring Lenong
Siapa sih yang gak tau Lenong? Lenong adalah pertunjukan teater khas Betawi yang memuat unsur tari, lakon, silat, dan musik.
Musik gambang kromong disini berperan untuk memeriahkan suasana, mendatangkan penonton, pengiring transisi adegan, dan memperkuat lelucon yang dimainkan para pemain lenong.
b. Pengiring Tari Kreasi
Tarian yang biasanya diiringi dengan gambang kromong antara lain Lenggang Nyai, Nandak Ganjen, dan Renggong Manis.
Tarian diatas dipentaskan pada pembukaan acara, penyambutan jabatan, dan acara yang berkaitan dengan pemerintahan DKI Jakarta.
Ciri Khas Gambang Kromong
Hal yang membedakan kesenian gambang kromong dengan kesenian musik lain adalah jenis gambang dan tangga nada yang digunakan.
1. Jenis Gambang
Jenis gambang yang digunakan dalam kesenian ini berbeda dari biasanya.
Bilahan gambangnya berjumlah 18 buah. Biasanya gambang terbuat dari kayu suangking, huru batu, manggarawan, atau kayu dengan tekstur lunak ketika dipukul.
2. Tangga Nada
Tangga nada yang digunakan pada kesenian ini adalah pentatonik China.
Tangga nada pentatonik China juga sering disebut dengan salendro China atau salendro mandalungan.
Nama Alat Musik Gambang Kromong
Sesuai dengan namanya, kesenian gambang kromong menggunakan dua buah alat musik utama yaitu gambang dan seperangkat kromong.
Keduanya selalu diiringi dengan instrumen lain seperti sukong, tehyan, kongahyan, bangsing (seruling), gong enam, kecrek (pan), kempul, jutao, dan ningnong (sio-lo).
Berikut ini penjelasan untuk masing-masing alat musik diatas.
1. Gambang
Gambang merupakan alat musik yang memiliki resonator dengan bentuk menyerupai perahu.
Pada bagian atasnya dipasang bilah-bilah lagu manggarawan, suangking, atau guru batu dengan bentuk persegi panjang.
Jumlah bilahnya sebanyak 18 buah yang terbagi dalam dua oktaf.
Oktaf dengan nada terendah adalah liuh (a) dan nada tertinggi adalah siang ( c).
Panjang bilah gambang berkisar 29 cm-58 cm.
Nah, untuk mainnya, gambang dipukul dengan menggunakan dua buah kayu yang mempunyai panjang sekitar 30 hingga 35 cm.
2. Kromong
Kromong adalah alat musik tradisional yang memiliki kemiripan dengan bonang.
Alat musik kromong terdiri dari 10 buah gong ‘pecon’ yang terbuat dari perunggu atau kuningan.
Gong ‘pecon’ disusun menjadi dua baris dalam sebuah rak kayu.
Setiap baris terdiri dari lima buah gong dengan nada ‘siang-liuh-u-khong-che’ pada baris pertama (luar). Sementara nada ‘che-kong-siang-liuh-u’ ada pada baris kedua (dalam).
3. Bangsing
Bangsing disebut juga dengan nama seruling. Bangsing merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dengan bentuk bulat panjang.
Bambu tersebut memiliki enam buah lubang nada.
Instrumen ini akan dimainkan secara horizontal atau sejajar dengan mulut.
Seruling sering dikelompokkan dengan rebab dan juga vokal. Kok bisa? Sebab, nada yang dihasilkan lebih pendek dan terputus-putus.
4. Gong Enam
Sesuai dengan namanya, gong enam terdiri dari enam buah gong berukuran kecil yang digantung pada gawangan kayu dengan susunan nada: 3, 1, 6, 2, 1, 5.
5. Kecrek
Kecrek adalah alat musik yang terbentuk dari dua hingga empat lempengan logam tipis yakni besi, kuningan, perunggu yang kemudian disusun di atas sebuah papan kayu.
Alat musik dengan nama lain pan ini, berfungsi sebagai pengatur irama.
Kecrek dimainkan dengan cara dipukul menggunakan palu khusus atau kayu. Alhasil menghasilkan bunyi ‘crek-crek-crek’.
6. Ningnong
Ningnong atau yang kerap disebut sio-lo merupakan alat musik yang terdiri dari 2 buah piringan logam dan memiliki diameter kurang lebih 10 cm.
Alat musik ini ditempatkan di bingkai kayu bertangkai tunggal.
Ningnong dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tongkat besi kecil secara bergantian dari kiri ke kanan.
Umumnya Ningnong digunakan sebagai pengatur irama.
7. Tehyan, Kongahyan, dan Sukong
Tehyan, kongahyan, dan sukong memiliki bentuk yang sama. Yang membedakan adalah ukuran resonator dan gagangnya.
Ukuran resonator paling kecil adalah konghiyan dengan nada liuh (g) dan che (d).
Resonator dengan ukuran sedang ada pada tehyan dengan nada siang (e) dan liuh (g).
Sementara yang paling besar resonatornya adalah sukong dengan nada su (a) dan kong (e).
Ketiga alat musik gesek berdawai dua itu adalah instrumen pembawa melodi yang dimainkan dengan cara digesek.
Baca Juga : Lekatnya Tehyan dengan Kebudayaan Tionghoa
8. Gong dan Kempul
Gong dan kempul terbuat dari kuningan atau perunggu berbentuk lingkaran dan bagian tengahnya menonjol (kenop).
Gong memiliki ukuran sekitar 85 cm dan berfungsi sebagai penentu irama dasar.
Sementara kempul berukuran 45 cm dan berfungsi sebagai pewatas ritme melodi.
Lantaran memiliki ukuran besar, gong dan kempul digantung pada sebuah gawangan kayu.
Sisi pada kedua alat musik itu dilubangi sebagai tempat mengikat tali.
Nanti tali digantungkan pada gawangan kayu berukir motif bunga, sulur, dan ular naga setinggi satu meter.
Gong dan kempul dimainkan dengan cara dipukul dari samping pada bagian kenop menggunakan tongkat kayu berujung bulat berlapis kain.
Lagu Pengiring Kesenian Gambang Kromong
Ciri Khas Lagu yang Dibawakan
Lagu yang dibawakan dalam musik gambang kromong adalah lagu bergenre humor, penuh gembira, dan sindiran.
Untuk pembawaan lagu dilakukan secara berpasangan laki-laki dan perempuan dan bergilir.
Tingkatan Lagu dalam Musik Gambang Kromong
Gambang kromong memiliki tiga tingkatan lagu yaitu lagu Phobin, Dalem, dan Sayur.
a. Lagu Phobin
Phobin merupakan lagu instrumental yang menggunakan notasi lagu dalam huruf Tionghoa.
Lantaran notasi lagu menggunakan huruf China, tidak sembarang orang bisa menyanyikannya. Alhasil, lagu Phobin jarang dimainkan.
Lagu berjenis Phobin meliputi Tjoe Te Pan, Kong Dji Liok, Poa Si Lie Tan, Matodjin, dan Si Djin Kwi Hwee Ke
b. Lagu Dalem
Dalem adalah lagu yang dinyanyikan dalam bentuk pantun. Tentunya dengan irama tenang dan jernih.
Kemudahan lagu Dalem dibandingkan Phobin adalah penggunaan bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam melantunkan lagu Dalem adalah melayu Betawi.
Lagu Dalem atau yang sering disebut lagu klasik ini memiliki banyak lagu. Beberapa diantaranya Mas Nona, Semar Gunem, Burung Nuri, Gunung Payung, dan Petjah Piring.
c. Lagu Sayur
Namanya unik ya, Sayur. Lagu ini diciptakan untuk ngibing (menari).
Lagu Sayur di sini meliputi Surilang, Balo-balo, Renggong Buyut, Cente Manis, Stambul, dan masih banyak lagi.
Itu dia fakta menarik tentang kesenian gambang kromong. Gambang kromong merupakan kesenian khas Betawi yang harus kita lestarikan. Mengikuti zaman boleh, tapi jangan sampai kesenian lokal terlupakan ya. Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?
Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya sobat MI. Caranya gampang kok dengan klik sini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal Indonesia melalui postingan di website dan akun sosial media Mengenal Indonesia.
Referensi:
Firmansyah et al. 2021. Tinjauan Gaya Vokal Ibu Saini pada Lagu Sayur Gambang Kromong Akang Haji. J Narada 8(2): 149-160